banner 1080x1921
banner 1080x1921
AmbonEkspose
AmbonEksposeAmbonEksposeAmbonEksposeAmbonEksposeAmbonEkspose

Mengenang Perjuangan Hendrik Lewerissa, Putra Nusa Hulawanno yang Kini Jadi Orang Nomor Satu di Maluku

Ambonekspose.com-, Nusa Hulawano adalah sebuah sapaan dalam bahasa daerah Maluku yang ditujukan kepada Pulau Nusa Laut, yaitu sebuah pulau kecil di selatan Laut Banda, Kepulauan Maluku. Nusa Hulawanno sesuai dengan akar bahasa memiliki arti Nusa (Pulau) dan Hulawanno (Hulawan: Emas) yang bisa diartikan dengan Pulau Emas.

Nusa Hulawano didiami oleh 7 negeri adat yaitu Akoon, Titawai, Abubu, Nalahia, Sila, Leinitu dan Ameth dimana sejak dulu kala, pulau ini sangat dikenal dengan hasil bumi berupah Cengkih.  Dari Nusa Hulawano timbul banyak tokoh dan pejabat penting lainnya dari Maluku baik nasional maupun pemimpin di Maluku.

Sejarah mencatat bahwa di tanah ini lahir pahlawan nasional Marta Cristina Tiahahu, Paulus Tiahahu dan pejuang-pejuang kemerdekaan lainnya pada masa penjajahan Belanda.  Di Masa kemerdekaan, sejak Indonesia Merdeka, Putra Nusa Hulawano telah banhyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Maluku.

Tokoh-tokoh penting asal Nusa Hulawano seperti mantan Ketua DPRD Maluku Zeth Sahubarua yang juga mantan Wakil Gubernur Maluku, mantan anggota DPR-RI Fredy Latumahina, Hendrik Lewerissa yang sekarang mejabat sebagai gubernur Maluku, Prof Dr Fredy Leiwakabessy sebagai Rektor Universitas Pattimura dan masih banyak putra dan putri Nusa Hulawano yang menduduki jabatan penting lainnya.

Sepak terjang Hendrik Lewerissa hingga menduduki kursi nomor satu di Maluku bukanlah sebuah perjuangan yang mudah karena harus berhadapan dengan tokoh-tokoh politik besar yang punya pengaruh.

Namun berkat dukungan dari masyarakat Maluku, Hendrik Lewerissa dan Abdullah Vanath bisa terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku periode 2024-2029 yang dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025.

“Mengenang perjuangan ketika maju sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur adalah suatu keputusan yang tidak mudah, menghitung kekuatan dan kelemahan, dimana banyak orang yang skeptis bahwa tidak akan memenangkan pertarungan politik, karena dihadapi oleh tokoh-tokoh Politik yang terkenal, tetapi karena dukungan doa dari bapak ibu semua yang mengantarkan kita menerima mandat ini,” ungkap Lewerissa ketika menghadiri Syukuran Ikatan Keluarga Besar Nusa Hulawanno Provinsi Maluku Sabtu (12/4/2025), bertempat di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Provinsi Maluku.

Acara tersebut dihadiri juga oleh Wakil Gubernur Maluku H. Abdullah Vanath, Ketua TP PKK Provinsi Maluku Maya Baby Lewerissa, Wakil Ketua DPRD Provinsi Maluku Johan Lewerissa, Anggota DPD RI Novita Anakotta, Wakil Gubernur Maluku Periode 2014-2019 Zeth Sahuburua, Rektor Universitas Pattimura, Direktur Politeknik Negeri Ambon, Pimpinan OPD Lingkup Pemerintah Provinsi Maluku, Cendikiawan asal Nusa Hulawanno, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, serta anak cucu Nusa Hulawanno.

Gubernur dalam sambutannya mengungkapkan bahwa suatu sukacita yang besar baginya karena Wagub Abdullah Vanath bisa hadir, di mana hari momen sykuran itu bertepatan dengan hari ke-52 pasangan LAWAMENA dilantik oleh Presiden di Istana Negara.

Lewerissa mengatakan, dirinya berdiri memberikan sambutan bukan hanya sebagai Gubernur Maluku tetapi sebagai putra Nusa Hulawanno.

Lewerissa akui menghadapi situasi yang tidak mudah karena setelah dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur Maluku, pasangan Hendrik Lewerissa- Abdulah Vanath yang dikenal dengan stikma LAWAMENA ini harus berhadapan dengan kebijakan efiensi anggaran serta banyak masalah dan persoalan terkait program Sapta Cipta LAWAMENA yang harus dilakukan di mana sudah dirancang sejak lama.

Lewerissa mengaku, baru menyadari bahwa keputusan Presiden bukanlah keputusan politik yang tidak mendasar, jika melihat perkembangan politik global maupun nasional, yang mana dunia saat ini tidak baik-baik saja, secara global ekonomi mengalami kontraksi yang luar biasa, nasional pun demikian, nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi yang sangat tinggi dan kondisi ekonomi nasional yang sangat tidak mudah.

“Kebijakan efisiensi mengajarkan kita semua di pemerintahan untuk membelanjakan uang negara secara arif dan bijaksana,” jelasnya.

Seperti yang diketahui, baru 52 hari dilantik menjadi Gubernur Maluku, namun begitu banyak dinamika yang terjadi di beberapa tempat, dimana ada potensi perselisihan yang terjadi, tetapi ia dan Wagub memutuskan bahwa akan selalu hadir di lokasi perselisihan sebagai wujud kehadiran negara di tengah-tengah masyarakat.

“Sebagai orang tua bagi Maluku tidak mungkin kita membiarkan anak-anak kita bertikai, berkelahi, bentrok dan masa bodoh, biarkan itu berlalu agar selesai secara alamiah, dan kita mengambil keputusan untuk kita hadir dan bicara dari hati ke hati bagi mereka, prinsip yang mendasar bagi kita adalah kita hidup di Negara Hukum Indonesia, upaya persuasif yang kita ambil adalah untuk mendamaikan, membangun rekonsiliasi, bukan berarti bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan bisa berjalan bebas, karena hukum harus ditegakkan,” tegasnya.

Ia bersyukur sebagai Ketua Forkopimda Maluku, dirinya selalu berkoordinasi dengan pimpinan yang lain yang memiliki perspektif yang sama, jika ada potensi perselisihan di Maluku, pihaknya harus berusaha menanggulangi lebih cepat dan lebih dini, karena masyarakat Maluku pernah hidup dalam masa kelam pada tahun 1999 lalu dimana hal itu cukup menjadi pelajaran yang berharga.

“Untuk generasi yang lahir setelah kerusuhan, kepada generasi inilah tanggung jawab kita untuk menuturkan bahwa tidak ada manfaat dan keuntungan dari konflik maupun perselisihan yang ada hanya penderitaan saja, apalagi di tengah situasi ekonomi yang memburuk ini,” terang Lewerissa.

Lewerissa memohon kepada seluruh rakyat Maluku bahwa Indonesia adalah negara hukum, jika ada masalah bawalah ke ranah hukum, dan jangan biarkan masalah pribadi digeser menjadi masalah komunal, kampung, maupun negeri bahkan yang paling parah diprovokasi untuk menjadi konflik antar komunitas.

“Ini Maluku, kita Maluku, katong hidup orang basudara, potong di kuku rasa di daging, sagu salempeng dibagi dua,” tutup Lewerissa. (AE1)

error: Konten Dilindungi !